Assalamu'alaikum wr wb,
Belajar dari Padi dan Burung
Ada kisah indah disebuah desa kecil di Klaten Jawa Tengah.
Ada satu keluarga kecil yang alhamdulillah selalu diberikan kecukupan dalam
berbagai hal. Keluarga ini tergolong biasa-biasa saja, tidak kaya dan tidak
miskin. Tetapi keluarga ini diberikan kemudahan oleh Allah SWT dalam hal
memperoleh rizki, seperti ketika memelihara ternak apapun keluarga ini pasti
jadi. Dari memelihara burung merpati bisa mencapai jumlah ratusan, puluhan
kelinci sampai lantai rumah yang dari tanah banyak lubang jadi rumah kelinci,
belum lagi ayam, bebek, entok, kambing dan sapi yang ikut meramaikan halaman
belakang rumah yang seakan-akan menjadi kebun binatang ternak yang bisa untuk
liburan setiap hari, melepas lelah setelah seharian bekerja. Begitu pula untuk
urusan persawahan. Allah memberi kemudahan juga untuk urusan pertanian.
Keluarga ini setiap menanam apapun disawah seperti padi, jagung, kacang tanah,
singkong, sayuran dan buah-buahan dan banyak lagi yang lain itu selalu subur
dan hasilnya tidak pernah mengecewakan.
Banyak tetangga-tetangga yang sering bertanya kenapa bisa
seperti itu. Memelihara ternak dan bertani kok bisa seenak itu ? Mencukupi
kebutuhan sehari-hari tinggal kebelakang rumah atau kesawah. Tidak kebingungan
ketika harga bahan-bahan di pasar melonjak.
Ketika ditanya hal seperti itu, keluarga ini menjelaskan
dengan beberapa contoh sangat sederhana namun sulit masuk diakal dan amat
sangat jarang yang menggunakan metode seperti
ini. Simak kisah berikut !
Ketika musim panen padi sudah akan segera tiba. Bulir-bulir
padi mulai menguning. Putra dari keluarga ini sedang mencari rumput untuk
ternaknya. Ada tetangga/petani sawah sebelah (biasa dipanggil Pakdhe) menyapa
sekaligus memberi tahu kalau padinya yang siap panen itu sedang dikerumuni
burung-burung, “Le, itu padimu dimakan burung-burung lho, mbokya diusir !!!
Nanti keburu habis tidak jadi panen Kamu”, kata Pakdhe itu. Mendengar arahan
Pakdhe itu bukannya langsung lari mengusir burung-burung yang lagi asyik
menyantap padi yang mulai matang itu, tapi Anak itu malah tersenyum santai
membiarkan padinya dimakan burung-burung. Bingung dan heran Pakdhe kembali
menegur, “Lha kok malah senyum ae, sana usir burung-burung itu !!! Keburu
habis..”. Kali ini anak itu beranjak dari tempat ngaritnya, namun hanya
bergerak dua langkah. Kemudian dia menjelaskan kepada Pakdhe itu, “Terima kasih
sekali Pakdhe sudah mengingatkan, dan mohon maaf tidak mengikuti arahan Pakdhe,
Saya tahu dan yakin niat Pakdhe itu baik. Tapi Saya punya alasan mengapa Saya
membiarkan burung-burung memakan padi yang siap panen itu. Pakdhe bisa
bayangkan seandainya burung-burung itu Saya usir, lalu mereka akan mencari
makan dimana ? sedangkan padi yang siap makan hanya di sawah ini. Burung-burung
itu akan kelaparan, begitu pula dengan anak-anak mereka yang belum bisa mencari
makan sendiri. Seandainya Saya usir sampai ratusan kali burung-burung itu tetap
saja akan kembali kesini. Tidak apa-apa Pakdhe insyaAllah padi ini tidak akan
habis. Lihat burung-burung itu Pakdhe ! Mereka tidak akan makan padi sebanyak
yang Kita bayangkan. Mereka hanya makan secukupnya, hanya beberapa bulir saja,
kemudian mereka akan pergi dengan sendirinya tanpa harus Kita usir, mereka
kembali pulang ke sarang mereka masing-masing dan memberi makan untuk anak-anak
mereka. InsyaAllah tidak akan rugi, justru malah menjadi sedekah dan berkah, padi
yang sedikit (yang dimakan burung) itu sebenar-benarnya hasil usaha Kita.
Karena Allah sudah menjamin barang siapa yang berinfaq/sedekah di jalan Allah
akan mendapatkan pahala berlipat ganda, seperti sebutir /biji yang menumbuhkan
tujuh tangkai dan setiap tangkainya menghasilkan seratus biji. Tuh kan
Pakdhe... sedekah satu saja diganti tujuhratus oleh Allah...hehee...”. Pakdhe
itu menganggukkan kepala seraya menepuk pundak anak itu dan segera menuju
sawahnya. Dan anak itu melanjutkan lagin ngaritnya kemudian segera pulang
karena matahari sudah beranjak meninggalkan singgasananya.
Dari kisah diatas ada dua hal yang dapat Kita ambil
pelajaran.
- Maka beliau bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman apapun atau bertani dengan tumbuhan apapun, lalu tanaman tersebut dimakan oleh oleh manusia, atau binatang melata atau sesuatu yang lain, kecuali hal itu akan berniali sedekah untuknya.” (HR. Muslim no. 1552).
- “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (kurnia-Nya) lagi Mahamengetabui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Wassalamu'alaikum wr wb.