Sabtu, 14 Januari 2017

Muhasabah bersama Naiknya Harga Cabe


Bismillah, Assalamu'alaikum,

Indonesia, Negeri yang kaya akan sumber daya alam. Terbukti dari tanahnya yang sangat subur beserta aneka tumbuh-tumbuhan, Hutan yang lebat dengan aneka flora dan faunanya,
Garis laut terpanjang kedua didunia dengan hasil ikan dan garamnya, masih banyak lagi seperti air yang sangat jernih, tambang minyak, gas, batubara, emas, timah dll.
Sampai ada yang mengatakan "Indonesia adalah Syurganya didunia", adapula yang mengatakan " Di tanah Indonesia menanam tongkat dan batu saja bisa berbuah".


Secara geografis Indonesia terletak di equator atau katulistiwa atau yang selalu dilewati matahari. Patut disyukuri,Tumbuh-tumbuhan apapun dapat hidup dengan subur di Indonesia.
Mulai dari bahan makanan, obat-obatan, kayu dan lain-lain. Selain tumbuh-tumbuhan, berbagai jenis hewan dan ikan juga melimpah disini. Kebutuhan minyak, gas, emas,batubara dan tambang lainnyapun  tersedia.

Lantas mengapa di Negeri yang kaya raya akan alamnya ini masih harus terus mengimpor kebutuhan pangan dan lain-lain dari negara lain ?
Padi, jagung, kedelai dkk impor,

Sayuran dan buah-buahan impor,
Empon-empon juga impor,
Daging impor,Ikan impor,Garampun harus impor...
Minyak dan gas juga impor,
Pakaian bekaspun impor,,,,haloooooo...

Yang pasti hal ini disebabkan antara Supply (Pengadaan) dan Demand (Permintaan) tidak seimbang atau bankan Permintaan jauh lebih besar daripada Pengadaan/produksi.
Jadi untuk mencukupi kebutuhan yang semakin lama semakin tinggi maka solusi tercepat dan termudah yang dipilih adalah IMPOR.
Padahal Kita tahu kualitas barang/bahan impor tidak sebaik yang Kita butuh dan harapkan. Kita pilih impor karena harga lebih murah dari hasil lokal.


Lalu mengapa harus jalan impor yang dipilih ? bukan memaksimalkan pertanian dan produk lokal.?
 

Berikut analisa asal-asalan Saya tentang dasar mengapa Negara Kita harus selalu mengimpor dari negara lain khususnya impor bahan pangan:
 
1. Kita agungkan budaya Konsumtif
Kebanyakan dari Kita selalu mengandalkan sepenuhnya kepada orang lain(petani) untuk memproduksi bahan pangan yang kita butuhkan. Kita belum terbiasa untuk memproduksi sendiri bahan yang kita butuhkan.
Misal, Kita bisa menanam beberapa pohon cabe, sayuran atau buah-buahan dipot teras rumah. Dengan begitu Secara tidak langsung Kita membantu menjadi produsen pangan, minimal untuk keluarga sendiri dan syukur-syukur bisa dibagi ke tetangga.
Setidak-tidaknya Kita tidak akan terkena efek lonjakan harga cabe yang cukup tinggi seperti saat ini, harga cabe rawit per kilogram mencapai Rp 140.000,-. Wowww....funtastissss...


Seandainya Kita bisa melakukan hal seperti ini Saya yakin Kita bisa mengurangi kebutuhan impor bahan pangan.

2. Pendidikan
Kita sejak kecil oleh Orang Tua sudah sering dinasehati harus sekolah yang pinter supaya sukses,tidak hanya jadi petani seperti Mereka. Jadi petani itu susah, berat harus panas-panasan.
Nah dari situ otomatis Kita berfikir seakan-akan Petani bukan pekerjaan yang keren. Sekarang sudah sangat jarang sekali ada anak muda yang mau dan senang jadi petani, sedangkan Orang-orang Tua Kita sudah mulai lemah. Padahal kalau di Jepang sana, Petani adalah pekerjaan yang sangat terhormat,
karena mmbantu menyediakan sumber pangan bagi umat manusia. 

 
3. Faktor Alam / Cuaca
Iklim di Negara Kita sekarang sudah berubah atau bahkan tidak menentu/ tidak dapat diprediksi. ini berimbas ke Petani kesulitan untuk menentukan waktu yg tepat untuk penanaman
 

4. Metode konvensional
Petani Kita masih banyak yang masih menggunakan metode konvensional, baik untuk pengolahan lahan, pembibitan, penanaman, perawatan, pemanenan, sampai distribusi dan pemasaran.
Padahal sekarang sudah banyak cara bercocok tanam selain menggunakan media tanah (sawah), misal hidroponik. Cara-cara seperti hydroponik dapat dilakukan dirumah/teras
karena tidak menggunakan tanah. Cara ini lebih efektif karena dapat menanam secarabertingkat dan bermacam-macam tumbuhan sekaligus.
 
Metode Pertanian Modern

5. Jumlah Penduduk Membludak dan Lahan Pertanian semakin sempit
Kita tahu lahan pertanian semakin habis. Sudah berubah menjadi gedung-gedung dan rumah-rumah karena kebutuhan tempat tinggal juga meningkat drastis akibat ledakan jumlah penduduk yang tak terkendali.
 

6. Minim Peminat/Investor
Sekarang Kita bisa lihat kanan kiri Kita atau tanya pada Orang sekitar apakah mereka mau berinvestasi dibidang pertanian atau peternakan ??? Mayoritas Mereka tidak mau berinvertasi di dua bidang tersebut karena terlalu beresiko dan lama untuk mendapatkan keuntungan.
Mereka cenderung memilih investasi yang relatif lebih aman seperti membeli rumah, emas atau tabungan daripada pertanian atau peternakan yang resikonya lebih tinggi.
 

7. Kurang berpihaknya kebijakan pemerintah pada sektor Pertanian
Terutama terhadap langkah-langkah pengembangan sektor pertanian terutama dalam hal penerapan teknologi baru, penyediaan bibit unggul dan pupuk dengan harga murah, membantu dalam proses distribusi dan pemasaran.


Itulah sedikit analisa asal-asalan Saya mengapa Indonesia masih menggantungkan soal pangan kepada negara lain.
Semoga analisa ini dapat memberikan sedikit gambaran dan dapat menjadi bahan muhasabah/mawas diri pada diri Kita semua untuk kedepannya Negara Kita mampu mandiri lagi seperti dahulu. Sedikit demi sedikit, pelan- pelan semoga Kita nanti mampu swasembada pangan baik padi, jagung, kedelai, sayuran, buah-buahan, daging dan lain lain.
Satu lagi, semoga sebentar lagi Kita tidak lagi menjadi Negara Pengimpor. Justru Kita harus bisa menjadi Negara Pengekspor Bahan Pangan ke negara lain.
Aaaaaamiiiiiin...

Wassalamu'alaikum...

3 komentar: