Jumat, 23 Desember 2016

Melihatlah ke Bawah


Bismillah, Assalaamu 'alaikum wa Rahmatullahi wa Barakaatuh,
Kisah ini tentang Seorang Remaja yang baru lulus Sekolah Menengah Kejuruan yang kemudian memutuskan untuk merantau untuk mencari pengalaman. Kebetulan Dia juga lulus tes untuk masuk bekerja di salah satu Perusahaan besar di Indonesia tepatnya di Cikarang, Bekasi. Tak lama setelah pengumuman rekrutmen tersebut Dia berangkat ke Cikarang bersama empat temannya yang juga baru kenal pas tes logic (mesin) rekrutmen waktu itu.

Setelah beberapa tahun bekerja di Cikarang, Dia sudah beberapa kali liburan di sekitar Cikarang termasuk sampai ke Jakarta. Disana Dia melihat banyak sekali pemandangan yang tidak ada di Kota asalnya, tak terkecuali Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) beserta apa saja yang ada diatasnya.

Di Jembatan ini Dia menemui kejadian yang cukup mendobrak hatinya yang mungkin selama ini tertutup kerasnya batu kesombongan.

Hari Minggu dan bertepatan setelah gajian. Sebelum berkeliling Mall Dia sempat mampir ke sebuah ATM terdekat untuk mengecek apakah gaji sudah benar-benar masuk kedalam rekening. Dengan senyum kecil  sembari alis naik mata berkedip berkali-kali, kemudian Dia berkata Yessss....dah masuk.
Dia melanjutkan berjalan-jalan keliling mall melihat- lihat pakaian dan tak lupa mencicipi makanan ala orang kota yang harganya yang tidak bisa dibilang murah.
Ketika sudah puas keliling pada satu mall, Dia melirik mall sebelah yang tak kalah megahnya. Dari papan besar di bagian atas gedung ada gambar beberapa merk handphone berkelas dapat dipastikan mall diseberang adalah toko besar yang menjual aneka handphone.

Tak pikir panjang Dia langsung menyeberang melalui jalur yang sudah disediakan khusus penyeberang jalan atau sering disebut JPO. Diatas JPO Dia sempat berhenti dan bengong melihat ada Nenek-nenek yang sudah sangat sepuh tampak pucat sambil memegang perut dengan tangan kirinya seraya menguncupkan jari-jari tangan kanannya menghadap kemulutnya, seakan ingin berkata, "Saya belum makan dari kemarin Pak, mohon sedekahnya Pak."
Ada banyak orang yang melewati JPO ini tapi entah kenapa tak satupun Dia melihat ada orang yang memberikan sedikit sedekah untuk Nenek ini. Yang ada hanya melambaikan tangan atau menggelengkan kepala isyarat tidak akan memberikan sedekah. Bahkan tak jarang yang tegap berjalan tanpa peduli sekitarnya. Tapi, hatinya terketuk untuk memberikan sedikit sedekah untuk Nenek itu. Sempat terlintas bisikan setan,"Jangan Bos, Nenek itu hanya pura-pura, kalau dikasih nanti jadi keterusan, jadi pekerjaannya lhoh, nanti yang lain ikut-ikutan meminta-minta seperti nenek itu."
Tapi Dia ingat didalam dompetnya selain ada beberapa lembar merah ratusan ribu, ada juga terselip lembaran merah yang lain yaitu sepuluh ribuan. Akhirnya Dia ambil dari dalam dompetnya kemudian diberikan kepada Nenek tersebut.

Waktu Nenek itu melihat nilai uang yang baru diterimanya, mulai terlihat agak sedikit mengembang raut wajah senang. Beliau langsung mengucapkan Puji dan Syukur kepada Allah dengan penuh kesungguhan,"Alhamdulillah ya Allah..... Alhamdulillahi Rabbil 'Alamiiiiin... Terima kasih Pak..... terima kasih banyak Pak".
Beliau juga mendoakan supaya Ibu Ayah dan keluarganya nya diberikan kesehatan dan kebahagiaan, semoga dilipat gandakan rizqinya, diberikan kebahagiaan lahir batin, dikaruniai keluarga yang Sakinah Mawadah wa Rahmah, mendapatkan anak-anakyang shaleh shalihah, serta Dia dan Keluarganya diberikan kedudukan yang mulia di Syurga.

Dia tak menyangka akan mendapat doa sedemikian mengharukan. Awalnya Dia menduga hanya akan mendapat ucapan terima kasih saja. Dia tak kuasa menahan haru, Dia mengucapkan beberapa kata kepada Nenek itu kemudian Dia kembali turun dari tangga JPO tidak jadi mnyeberang. Sampai bawah anak tangga JPO sempat Dia menoleh keatas kearah dimana Nenek tadi duduk. Terlihat Nenek berjalan pelan turun ke seberang dan menghampiri salah satu warung nasi. Dan ternyata benar Nenek itu kelaparan.
Makin lemas kaki ini untuk berdiri. Duduk menundukkan kepada diantara kedua lutut. Terasa seperti deggggghhh dihati...

Teringat lagi..., hanya diberi sedekah sedikit saja Beliau tak henti-hentinya mengucap syukur. Tak hanya itu saja, Beliau mendoakan Dia, Ibu Ayahnya, Keluarganya, Istri dan Anak- anaknya, hingga kedudukan mulia di Syurga.
Sementara Dia yang setiap bulannya rutin mendapatkan gaji ratusan kali lipat dari uang yang disedekahkan tadi hanya bisa senyum kecil  sembari alis naik mata berkedip berkali-kali, kemudian Dia berkata Yessss....dah masuk, lupa mengucap syukur, lupa bersedekah, berinfaq, lupa beramal.
Bahkah yang selalu tersemat dipikirannya selama ini hanya Pakain bagus, makanan mewah, main di Mall megah, handphone bagus.
Dari situ muncul pertanyaan, Siapakah yang layak ke Syurga ???

Dari kejadian tersebut Dia mulai mengurangi gaya hidup bermewah-mewahan, mulai jarang main ke Mall, jarang belanja, memakai handphone yang biasa-biasa. Dia mulai mengarahkan gaya hidupnya pada kebiasaan yang bermanfaat untuk orang lain. Dia juga sering menasehati teman-temannya untuk TIDAK MELIHAT KEATAS UNTUK URUSAN DUNIA, TAPI MELIHATLAH KEATAS UNTUK URUSAN AKHERAT.

Demikian juga nasehat untuk Kita semua, ketika Kita mempunyai banyak keinginan keduniawian, untuk mengatasi godaan sperti ini coba liat kebawah (orang yang kemampuannya dibawah Kita)!!! Betapa banyak orang yang masih menggunakan kendaraan lebih jelek dari kendaraan Kita, bahkan banyak pula orang disekitar Kita yang sulit mendapatkan makana atau kebutuhan sehari-hari.
Nah, kalau untuk urusan Akherat jangan melihat kebawah. Untuk mendapatkan tempat di Syurga kelak, Kita harus melihat keatas (Orang-orang yang rajin beribadah). Berkumpul dan berlomba-lomba dalam kebajikan.

Sekali lagi,  MARI BELAJAR MENGUCAP SYUKUR, JANGAN MELIHAT KEATAS UNTUK URUSAN DUNIA, TAPI MELIHATLAH KEATAS UNTUK URUSAN AKHERAT...!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar